Search from the Journals, Articles, and Headings
Advanced Search (Beta)
Home > Educativo: Jurnal Pendidikan > Volume 1 Issue 1 of Educativo: Jurnal Pendidikan

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Inquiry Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa |
Educativo: Jurnal Pendidikan
Educativo: Jurnal Pendidikan

Article Info
Authors

Volume

1

Issue

1

Year

2022

ARI Id

1682060067667_2370

Pages

35-44

DOI

10.56248/educativo.v1i1.6

PDF URL

https://www.educativo.marospub.com/index.php/journal/article/download/6/47

Chapter URL

https://www.educativo.marospub.com/index.php/journal/article/view/6

Subjects

Model pembelajaran discovery inquiry hasil belajar

Asian Research Index Whatsapp Chanel
Asian Research Index Whatsapp Chanel

Join our Whatsapp Channel to get regular updates.

 

Abstract

This study aims to apply the discovery inquiry learning model to improve student learning outcomes in Integrated Social Sciences Class VIII at SMP Negeri 3 Botomuzoi. This research is Classroom Action Research. The instruments used are observation sheets, learning outcomes tests, and documentation. This research was conducted in Class VIII, even semester of SMP Negeri 3 Botomuzoi, with 26 students. The results of the study are as follows (1). In the first cycle, the teacher respondents' observations reached 62.49% in the excellent category, while in the second cycle, the average was 87.49% in the excellent category. The results of the observation of student activities in the first cycle, an average of 60.46% in the sufficient category, and in the second cycle, an average of 85.04% are classified as good, (2). In the first cycle, the average student learning outcomes of 68.47 are quite good, while in the second cycle, the average student learning outcomes are 83.94, quite good, and (3). The percentage of student learning completeness in the first cycle is 61.53%, while the percentage of fullness in the second cycle is 100%.

 

Keywords: learning model. discovery inquiry, learning outcomes

 

PENDAHULUAN

Sistem pendidikan nasional Indonesia berakar pada kebinekaan yang satu atau Bhineka Tunggal Ika. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa yang cerdas adalah kehidupan bangsa dalam segala sektornya, politik, ekonomi, dan yang paling utama adalah pendidikan. Pendidikan menjadi sarana utama dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengalaman hidup yang berharga karena dalam prosesnya, manusia di bimbing untuk memperoleh ilmu dan kepribadian yang cakap.

UU nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional memiliki tujuan yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, tertib, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan di atas akan tercapai apabila kegiatan belajar mengajar terjadi secara efektif. Hal ini karena keefektifan dapat diharapkan menjadi tolak ukur dalam mencapai tujuan dan keinginan yang dicapai. Hasil yang telah dicapai kemudian diharapkan nanti digunakan oleh siswa dikemudian hari dan dapat digali kembali pada saat yang dibutuhkan (Dakhi, 2022; Zagoto, Nevi & Dakhi, 2019; Zagoto, 2022).

Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran manusia didalamnya dalam hal ini guru. Guru merupakan elemen utama dalam mengembangkan potensi siswa untuk menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Guru harus menjadi fasilitator yang interaktif bagi siswa dalam pengembangan materi yang mereka pelajari. Menjadi fasilitator yang baik membutuhkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih untuk dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model berupa urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkup tertentu (Perdana, 2019).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan adalah dengan menggunakan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran atau belajar mengajar. Menurut Hermawan (2014) "Model pembelajaran: adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajaran untuk mencapai tujuan besar belajar tertentu".

Berdasarkan hasil observasi peneliti tentang kegiatan pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Botomuzoi menunjukkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa banyak mengalami kesulitan memahami materi pelajaran IPS Terpadu yang disampaikan oleh guru. Peneliti melihat bahwa model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru disekolah adalah model pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah, pemberian tugas, dan diskusi. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi oleh guru, dilanjutkan dengan tanya jawab sekilas tentang pemahaman siswa, dan kemudian diskusi dalam mengerjakan soal-soal.

Dalam kegiatan belajar tidak digunakan model pembelajaran sehingga motode diskusi dan tanya jawab tersebut tidak efektif, siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran sehingga tidak ada umpan balik antara guru dan siswa, serta dalam proses pembelajaran belum pernah menerapkan model pembelajaran discovery inquiry. Hal tersebut kurang menarik minat belajar siswa sehingga berdampak terhadap hasil belajar dan ketuntasan pada mata pelajaran IPS Terpadu. Menurut Zaiful (2019) bahwa "hasil belajar siswa adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam program pengajaran atau tingkat pencapaian terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran (Novalinda et al., 2020)".

Berdasarkan dari data yang diperoleh dari seorang guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 3 Botomuzoi, bahwa nilai rata-rata hasil belajar sebelum di adakan remedial pada ujian semester genap adalah 65,00 dan masih tergolong kurang. Pencapaian ini belum mencapai KKM yang telah ditentukan yakni 70.

Masih rendahnya kualitas proses dan hasil belajar IPS Terpadu di SMP Negeri 3 Botomuzoi merupakan masalah yang harus segera diatasi. Hasil diskusi peneliti dan guru menyimpulkan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut sangat dibutuhkan proses belajar yang berlangsung dengan baik. Salah satu model yang dapat mengatasi masalah rendahnya kualitas dan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry.

Model discovery dan inquiry merupakan gabungan dari model discovery learning dan inqury. Menurut Susana (2019) discovery learning adalah suatu model untuk mengembangakan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri. Maka hasil yang diperoleh akan melekat dalam ingatan siswa. Melalui belajar penemuan, siswa juga belajar berpilir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Menurut Andamsari (2018), model discovery learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuknya finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri. discovery Adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Menurut Ngalimun (2011), discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip, proses mental tersebut antara lain mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainnya.

Menurut Anggia (2020:4) inquiry learning merupakan kegiatan pembelajaran yang kegiatan peseta didik melalui dari mencari dan menyelidiki sesuatu (fungsi sosial, generic structuren, dan language feature) secara kritis, sistematis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri hasil yang meraka dapat.

Kedua model ini memiliki tujuan yang sama yaitu mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan (Andamsari, 2018). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Zainal, 2018). Selain teori belajar konstruktivisme, ada teori belajar lainnya yang beraliran kognitif seperti teori belajar Gesalt menjelaskan bahwa perubahan perilaku itu disebabkan karena adanya insight dalam diri siswa, dengan demikian tugas guru adalah menyediakan lingkungan yang dapat memungkinkan setiap siswa bisa menangkap dan mengembangkan insight itu sendiri.

 

METODE

D alam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilakukan beberapa tindakan agar proses pembelajaran terperbaiki. Lokasi penelitian tindakan kelas adalah SMP N 3 Botomuzoi pada semester 2 dengan jumlah siswa 26 Orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan setiap pertemuan ada empat tahapan: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi (Sugiyono, 2016). Instrumen penelitian yakni observasi, dan tes hasil belajar. Desain penelitian seperti pada Gambar 1, di bawah ini.



Gambar 1. Desain Penelitian (Arikunto, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Botomuzoi yang berlokasi di Desa Balohili Kecamatan Botomuzoi Kabupaten Nias . Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 26 orang dengan jumlah laki-laki 12 orang dan perempuan 14 orang. Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti berkonsultasi kepada kepala sekolah SMP Negeri 3 Botomuzoidan kepada guru mata pelajaran IPS yang mengajar dikelas VIII dan atas persetujuan mereka maka penelitian dapat dilakukan. Pelaksanaan penelitian ini mengikuti alur atau tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan ini dilakukan secara kolaborasi yaitu dengan menggunakan jasa pengamat yakni guru mata pelajaran IPS dikelas VIII SMP Negeri 3 Botomuzoi yang membantu dalam pelaksanaan observasi selama penelitian berlangsung, sehingga kegiatan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan terkontrol. Kegiatan penelitian dilaksanakan bertepatan pada jam mata pelajaran Ekonomi sehingga tidak mengganggu proses pelaksanaan pembelajaran yang lain.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi yang disajikan dalam 2 siklus sebagai berikut:

a. Pembelajaran pada siklus I

Pada pembelajaran siklus I dilakukan beberapa tahap mulai dari tahap perencanaan yaitu menyusun pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry, menetapkan waktu pelaksanaannya, menyiapkan lembar observasi, serta menyiapkan naskah tes hasil belajar siswa. Setelah tahapan perencanaan maka tahap berikutnya berupa tindakan dimana seluruh proses pembelajaran dilakukan dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry. Tahap berikutnya adalah observasi dimana selama proses pembelajaran berlangsung guru mata pelajaran bertindak sebagai pengamat dan mengisi lembar observasi yang telah ditetapkan dan disediakan peneliti kemudian diteruskan ke tahap berikutnya yaitu refleksi.

1) Hasil Observasi Siklus I

Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan (pertemuan I dan II) hasilnya adalah sebagai berikut: a). Hasil Observasi Pertemuan I: (1) Sebagian siswa tidak mendengarkan penjelasan Guru, (2) Sebagian siswa tidak menuliskan hal–hal penting, (3) Sebagian siswa tidak berani mengajukan pertanyaan, (4) Sebagian siswa malas mengambil giliran dan berbagi tugas, (5) Sebagian siswa tidak memiliki motivasi belajar, (6) Sebagian siswa tidak kesulitan mencari solusi permasalahan, (7) Sebagian siswa tidak mengerjakan tugas secara mandiri, (8) Sebagian siswa tidak mampu berpikir secara sistematis, dan (9) Sebagian siswa tidak mampu mendemostrasikan pembelajaran dengan baik. Sehingga hasil observasi terhadap proses pembelajaran responden guru pada siklus I pertemuan ke-I mencapai hasil pengamatan sebesar 57,81%, berada diantara lemah dan cukup, sedangkan jumlah hasil observasi untuk siswa siklus I pertemuan ke- I sebesar 55,55%, berada diantara lemah dan cukup; dan b). Hasil Observasi pertemuan II: (1) Peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran discovery inquiry, (2) Siswa mulai merespon pertanyaan yang diberikan guru, (3) Siswa mulai memusatkan perhatian selama proses pembelajaran berlangsung, (4) Siswa mulai memiliki partisipasi dalam belajar selama proses pembelajaran berlangsung, (5) Sebagian siswa dapat mengajukan pertanyaan, (6) Sebagian siswa dapat menjawab pertanyaan. Sehingga hasil observasi terhadap proses pembelajaran responden guru pada siklus I pertemuan ke-II mencapai hasil pengamatan sebesar 67,18%, berada diantara cukup dan kuat. Sedangkan jumlah hasil observasi untuk siswa siklus I pertemuan ke-II sebesar 65,38%, berada diantara cukup dan kuat.

 

2) Hasil Belajar Pada Siklus I

Setelah berakhirnya pelaksanaan pembelajaran dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua untuk siklus I peneliti memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengolahan tes hasil belajar siswa diketahui rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 68,47 dengan kategori Cukup. Hal ini belum mencapai KKM KD yang ditentukan yaitu 70. Dari Hasil Perhitungan persentase ketuntasan belajar siswa diketahui persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 61,53%. Hal ini belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 75%. Maka peneliti meneruskan penelitian pada siklus II sesuai dengan kerangka berpikir dan prosedur pelaksanaan tindakan.

 

3) Hasil Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengolahan lembar observasi tentang pelaksanaan Pembelajaran oleh guru/peneliti pada siklus I (pertemuan I dan II) mencapai rata-rata 62,49% dan hasil lembar observasi siswa mencapai 60,46%. Diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, namun masih ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Dari hasil pengolahan hasil belajar juga diketahui rata-rata hasil belajar masih tergolong cukup yakni 68,47.

Berdasarkan hasil tersebut maka dirasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 yaitu: a) Peneliti Melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya sesuai dengan langkah-langkah Model Pembelajaran discovery inquiry, b) Memotivasi siswa untuk lebih aktif pada proses pembelajaran serta berupaya agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, c) Memotivasi siswa memberanikan diri untuk memberikan pertanyaan, baik kepada guru juga kepada teman, d) Mengarahkan siswa untuk tidak ragu-ragu bertanya dan mengemukakan pendapatnya, e) Mengupayakan agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga rata-rata hasil belajar siswa diharapkan meningkat dan persentase ketuntasan mencapai target yang telah ditetapkan.

 

b. Pembelajaran Pada Siklus II

Pada pembelajaran siklus II dilakukan beberapa tahap mulai dari tahap perencanaan yaitu menyusun pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry, menetapkan waktu pelaksanaannya, menyiapkan lembar observasi, serta menyiapkan naskah tes hasil belajar siswa. Setelah tahapan perencanaan maka tahap berikutnya berupa tindakan dimana seluruh proses pembelajaran dilakukan dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry. Tahap berikutnya adalah observasi dimana selama proses pembelajaran berlangsung guru mata pelajaran bertindak sebagai pengamat dan mengisi lembar observasi yang telah ditetapkan yang telah disediakan peneliti kemudian diteruskan ke tahap berikutnya yaitu refleksi.

1) Hasil Observasi Siklus II

Berdasarkan hasil observasi pada setiap pertemuan (pertemuan 1 dan 2) hasilnya adalah sebagai berikut: a) Hasil Observasi Pertemuan 1: (1) Proses Pembelajaran dengan penerapan Model pembelajaran discovery inquiry dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkahnya karena peneliti sudah terbiasa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, (2) Siswa sudah mulai tidak kaku dalam mengikuti pembelajaran, (3) Siswa mulai aktif untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya, (4) Siswa memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru, (5) Siswa aktif dalam mengerjakan tugas, (6) Siswa tidak mengantuk, (7) Siswa mulai termotivasi untuk mengemukakan pendapatnya terhadap materi pelajaran. Sehingga hasil observasi terhadap proses pembelajaran responden guru pada siklus II pertemuan ke-I mencapai hasil pengamatan sebesar 82,81%, berada diantara cukup dan kuat, sedangkan jumlah hasil observasi untuk siswa siklus II pertemuan ke- I sebesar 80,23%, berada diantara cukup dan kuat; dan b) Hasil Observasi pertemuan 2: (1) Peneliti telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah Model pembelajaran discovery inquiry, (2) Siswa memusatkan perhatian, (3) Siswa memiliki partisipasi dalam belajar, (4) Siswa memiliki motivasi belajar, (5) Siswa terlibat aktif untuk merespon pertanyaan yang diberikan guru, (6) Siswa serius mengerjakan tugas, (7) Siswa tidak mengganggu temannya saat proses pembelajaran berlangsung, (8) Siswa tidak ribut. Sehingga hasil observasi terhadap proses pembelajaran responden guru pada siklus II pertemuan ke-II mencapai hasil pengamatan sebesar 92,18%, berada diantara cukup dan kuat. sedangkan jumlah hasil observasi untuk siswa siklus II pertemuan ke-II sebesar 89,85%, berada diantara cukup dan kuat.

 

2) Hasil Belajar Pada Siklus II

Setelah berakhirnya pelaksanaan pembelajaran dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua untuk siklus II peneliti memberikan tes hasil kepada siswa untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pengolahan tes hasil belajar siswa diketahui rata-rata hasil belajar pada siklus II yaitu 83,94 dengan kategori baik. Dari perhitungan ketuntasan belajar siswa diketahui persentasenya 100% hal ini sudah mencapai target yang ditentukan 75%. Maka peneliti meneruskan dengan merumuskan temuan penelitian.

 

3) Hasil Refleksi Siklus II

Berdasarkan data dari hasil pengolahan lembar observasi pengamat/guru mata pelajaran diketahui pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 2 (pertemuan ke-1 dan 2) mencapai rata-rata 87,49% kategori kuat dan hasil lembar observasi siswa mencapai rata-rata 85,04%. Dari hasil pengolahan tes hasil belajar yang dilaksanakan diperoleh rata-rata nilai siswa yaitu 83,94 hasil ini tergolong baik dan apabila dilihat dari kriteria persentase ketuntasan yaitu 100%. Hal ini telah mencapai target yang ditetapkan sebesar 75%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dianalisa bahwa semakin tinggi aktivitas guru dalam mengajar maka meningkat pula aktivitas belajar siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hal ini berdasarkan hasil refleksi sebagai berikut: 1). Pada siklus I (pertama) kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry mencapai rata-rata 62,49% berada pada interval lemah dan cukup Sedangkan pada siklus II (dua) kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan Model pembelajaran discovery inquiry mencapai rata-rata 87,49% berada pada interval antara cukup dan kuat, 2). Pada siklus I (pertama) rata-rata hasil pengolahan lembar observasi siswa mencapai 60,46% berada pada interval antara cukup dan kuat. sedangkan pada siklus II Hasil pengolahan lembar observasi siswa mencapai 85,04% berada pada interval antara cukup dan kuat, dan 3). Pada siklus I (pertama) rata-rata hasil belajar siswa mencapai 68,47 dengan persentase ketuntasan sebesar 61,53%. Hal ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan minimal 75%. Sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai 83,94 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% dan hal ini telah mencapai target yang ditetapkan. Adapun rekapitulasi hasil refleksi setiap siklus tertera pada tabel 2 di bawah ini:

 

 

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian

No

Instrumen

Siklus

I

II

1

Observasi

 

 

  • Observasi Guru

62,49%

87,49%

  • Observasi Siswa

60,46%

85,04%

2

Tes Hasil Belajar

68,47%

83,94%

Rata-Rata

63,80%

85,49%

Berdasarkan tabel tersebut diatas untuk lembar observasi Guru pada siklus I rendah berdasarkan hasil dari pengamatan seorang pengamat terhadap peneliti yang masih banyak kelemahan-kelemahan dalam

menyampaikan materi pembelajaran, dan pada pelaksanaan proses pembelajaran penerapan model pembelajaran discovery inquiry masih belum sesuai dengan langkah-langkahnya karena peneliti masih belum terbiasa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sehingga rata-rata hasil belajar siswa siklus I menjadi rendah dan peneliti melanjutkan pada siklus II dimana kelemahan-kelemahan pada siklus I diperbaiki pada siklus II. Sedangkan untuk lembar Observasi Siswa pada siklus I kurangnya motivasi dan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan melakukan pendekatan secara individual kepada siswa, sedangkan untuk tes hasil belajar siswa pada siklus I rendah disebabkan karena peneliti masih belum maksimal dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan juga sebagian siswa yang tidak ada partisipasi untuk belajar sehingga untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut dilanjutkan pada siklus II dengan memberikan tes hasil belajar.

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada siklus I rata-rata hasil refleksi sangat rendah yang disebabkan karena masih banyak kelemahan-kelemahan peneliti dalam menyampaikan materi pembelajaran dan juga berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa sebagian siswa tidak ada partisipasi untuk belajar sehingga untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut dilanjutkan pada siklus ke II.

 

Pembahasan

Berdasarkan permasalahan tersebut, di atas dalam melakukan suatu meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran discovery inquiry dalam proses pembelajaran. Maka untuk mencapai rumusan permasalahan pokok tersebut maka perlu beberapa informasi berupa data tentang peningkatan hasil belajar siswa di kelas SMP Negeri 3 Botomuzoi dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry dan data berupa hasil observasi guru dan siswa dan juga data berupa foto dokumentasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran discovery inquiry merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan (proses belajar) yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman. Dalam pelaksanaan model ini siswa di tuntut harus aktif dalam belajar. Pembelajaran hendaknya didominasi oleh siswa di mana guru hanya bertindak sebagai fasilitator dalam membimbing siswa membuat prediksi, membuat pertanyaan, serta membuat rangkuman materi pelajaran.

Dengan terjadinya proses pembelajaran yang melibatkan siswa maka siswa dapat lebih berani mengungkapkan gagasannya. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dan menghargai pendapat siswa. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan pelaksanaan proses pembelajaran maka peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan oleh pengamat (obsever) untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa maka pada setiap akhir siklus diberikan tes kepada siswa yang di susun berdasarkan indikator-indikator pada tingkat Sekolah Menengah Pertama.

Hasil tes siswa diolah dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry. Berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa ternyata persentase hasil belajar siswa pada siklus I masih belum mencapai target yang diharapkan karena pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti masih memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Akan tetapi setelah melakukan perbaikan-perbaikan oleh peneliti pada siklus II ternyata hasil belajar siswa meningkat dan proses pembelajaran memenuhi target yang diharapkan, sehingga jawaban umum atas permasalahan pokok adalah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry dalam pembelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Botomuzoi.

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah di uraikan sebelumnya, ternyata dengan menerapkan model pembelajaran discovery inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas SMP Negeri 3 Botomuzoi. Hal ini dapat terlihat dari tes hasil belajar siswa pada siklus I sampai siklus II yaitu semakin ada peningkatan atau kemajuan yang baik. Dari hasil observasi pada siklus I, diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan model pembelajaran discovery inquiry mencapai rata-rata 62,49% dan hasil observasi siswa mencapai 60,46%. Pada siklus ini diketahui rata-rata hasil belajar siswa adalah 68,47 tergolong cukup. Sedangkan ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 61,53%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: langkah-langkah metode pembelajaran discovery inquiry belum terlaksana secara maksimal pada proses pembelajaran, kurangnya keaktifan siswa, peneliti kurang terampil dalam membimbing siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.

Selanjutnya pada siklus ke-II dilaksanakan pembelajaran dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I. Berdasarkan lembaran observasi pada siklus ini diketahui bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mencapai 87,49% dan hasil observasi siswa mencapai 85,04%. Pada siklus ini diketahui rata-rata hasil belajar siswa adalah 83,94 tergolong baik dan ketuntasan belajar siswa pada siklus II adalah 100%. Berdasarkan hasil yang didapat ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

Perbandingan temuan ini dengan temuan penelitian terdahulu yang diteliti oleh Purnomo (2015) sama-sama mengunakan model pembelajaran discovery inquiry. Hasil penelitian terdahulu adalah rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 71, pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai 82,6. Sedangkan hasil temuan pada penelitian ini adalah rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 68,47 (lampiran 20 halaman 108) tergolong cukup dengan persentase ketuntasan 61,53%, pada siklus II rata-rata nilai belajar siswa mencapai 83,94 tergolong baik dengan persentase ketuntasan 100%. Perbedaan hasil temuan penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (1) lokasi penelitian terdahulu adalah di MTS ANNAJAH, sedangkan penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Botomuzoi.(2) subjek penelitian sebelumnya adalah siswa kelas VIII-1 MTS ANNAJAH, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Botomuzoi. (3) materi pembelajaran pada penelitian terdahulu adalah Pelaku Ekonomi dan Pasar sedangkan materi pada penelitian ini adalah Penguatan Ekonomi Maritim dan Agrikultur Di Indonesia. (4) waktu penelitian terdahulu adalah T.P 2014/2015 sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada T.P 2020/2021. Tetapi hasil temuan penelitian ini menghasilkan bahwa penerapan model discovery inquiry mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran discovery inquiry adalah model pembelajaran yang merupakan gabungan dari dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran discovery dan model pembelajaran inquiry discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental ketika siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip.

Adapun proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Konsep, misalnya bundar, segitiga, demokrasi, energi, dan sebaginya. Sedangkan prinsip, misalnya setiap logam apabila dipanaskan memuai (Hamdani 2011:185). Apabila diperhatikan temuan penelitian ini dengan teori yang mendasarinya, maka temuan ini sejalan dengan teori. Artinya, bahwa dengan penerapan model pembelajaran discovery inquiry dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, menuliskan hal penting, mengajukan pertanyaan, mengambil giliran dan berbagi tugas, termotifasi belajar, mencari solusi permasalahan, mengerjakan tugas secara mandiri, berpikir secara sistematis dan mendemostrasikan pembelajaran dengan baik.

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang "penerapan model pembelajaran discovery inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa", dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Pada siklus I (pertama), kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran discovery inquiry mencapai rata-rata 62,49% kategori cukup. Sedangkan pada siklus II (dua) mencapai rata-rata 87,49% kategori kuat, 2). Pada siklus I (Pertama) keaktifan siswa selama proses pembelajaran mencapai rata-rata 60,47% dan masih kategori cukup. Sedangkan pada siklus II (dua) mencapai rata-rata 85,04% kategori kuat, 3). Pada siklus I (pertama) hasil belajar siswa mencapai rata-rata 68,38 (lampiran 14) sedangkan pada siklus II (dua) peningkatan hasil belajar siswa mencapai rata-rata 82,31. Persentase ketuntasan pada siklus I (pertama) mencapai rata-rata 61,53%, persentase tersebut masih belum mencapai target yakni 75%. Setelah pelaksanaan siklus II (dua) persentase ketuntasan mencapai rata-rata 88,46%, 4). Rata-rata hasil refleksi pada siklus I mencapai 63,78% dan pada siklus II mencapai 84,94%, 5). Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan teori yang mendasarinya, dan 6). Model pembelajaran discovery inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Botomuzoi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anggia, Prajnaparamita. (2020). Penggunaan Model inquiry Learning dalam Pembelajaran. Malang: Ahlimedia Press.

Andamsari. (2018). Discovery Inquiry Learning. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto. (2012). Penelitian Hasil Belajar. Yokyakarta: Graha Cipta.

Dakhi, O. (2022). Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Problem Solving Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Belajar. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1), 8–15. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.2

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Hermawan. Acep. (2014). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalimun. (2011). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Novalinda, R., Dakhi, O., Fajra, M., Azman, A., Masril, M., Ambiyar, A., & Verawadina, U. (2020). Learning Model Team Assisted Individualization Assisted Module to Improve Social Interaction and Student Learning Achievement. Universal Journal of Educational Research, 8(12A), 7974–7980. https://doi.org/10.13189/ujer.2020.082585

Perdana, Ryzal. (2019). Model Pembelajaran (Isc Inquiry Social Complexity) Untuk Memberdayakan Critical And Creative Thingking (CCT) Skillis. Klaten: Penerbit Lakeisha.

Purnomo, Bayu. (2015). Penerapan Model Pengajaran Discovery-inquiry pada Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII-MTS. Annajah. Skripsi.di terbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulah.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susana, Afria. (2019). Pembelajaran Discovery Learning Menggunakan Multimedia Interaktif. Bandung: Tata Akbar.

Zagoto, M. M. (2022). Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Word Square. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1), 1–7. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.1

Zagoto, Maria M. & Nevi Yarni (2019). Perbedaan Individu dari Gaya Belajarnya Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, 2(2), 259-265.

Zaiful, Moh. (2019) Prestasi Belajar. Malang: Literasi Nusantara.

Zainal, Aqib. (2014). Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Bandung: Rama Widya.

 

Submitted

Accepted

Published

: https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.6

13-04-2022

29-04-2022

05-05-2022

 

Loading...
Issue Details
Showing 1 to 16 of 16 entries
Article TitleAuthorsVol InfoYear
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Volume 1 Issue 1
2022
Article TitleAuthorsVol InfoYear
Showing 1 to 16 of 16 entries
Similar Articles
Loading...
Similar Article Headings
Loading...
Similar Books
Loading...
Similar Chapters
Loading...
Similar Thesis
Loading...

Similar News

Loading...
About Us

Asian Research Index (ARI) is an online indexing service for providing free access, peer reviewed, high quality literature.

Whatsapp group

asianindexing@gmail.com

Follow us

Copyright @2023 | Asian Research Index