1
1
2022
1682060067667_2378
106-111
https://www.educativo.marospub.com/index.php/journal/article/download/15/41
https://www.educativo.marospub.com/index.php/journal/article/view/15
Abstract
The rate of transmission of COVID-19 to children in Indonesia is quite high. Children are individuals who are at risk of transmitting COVID-19 because they have not yet formed maturity to think about the dangers of disease transmission and tend to ignore health protocols. The transmission of COVID-19 in an area begins with the presence of imported cases, namely transmission from other areas through infected people who visit the area. Places of worship are very potential to be visited by residents from outside the city, including children. The purpose of this study was to compare the number of obedient and non-compliant children in using masks, washing hands, and maintaining distance in places of worship during the COVID-19 pandemic. This research is a descriptive observational study with a cross sectional approach. The sampling method used accidental sampling and obtained a sample of 96 children. The results in this study were 63.5% of children wore masks, 38.5% of children washed their hands, and 9.37% of children kept their distance. This shows that the level of application of health protocols for children when carrying out worship is still very low, especially physical distancing.
Keywords: covid-19, children, health protocols, places of worship
PENDAHULUAN
Menurut (WHO, 2020) covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Seperti yang telah diketahui, faktor yang berpengaruh besar terhadap infeksi pada anak adalah kontak dekat dengan anggota keluarga yang terkena atau tinggal di daerah dengan populasi kasus yang tinggi. Temuan tersebut sejalan dengan hasil oleh (Dong, Mo, Hu, et al., 2020) terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyakit menyebar dengan cepat dari provinsi Cina ke provinsi dan kota sekitarnya pada anak-anak dari Desember hingga Februari.
Lebih lanjut, (Qiu et al., 2020) telah meneliti 36 pasien anak yang terkonfimasi positif COVID-19 di mana sepuluh pasien (28%) adalah kasus laten asimtomatik yang di identifikasi sekunder dari anggota keluarga dewasa yang terinfeksi, bergejala, atau melakukan perjalanan ke daerah endemik. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa anak-anak, yang mungkin asimtomatik, dapat berperan dalam penularan virus di komunitas (Miri, Noorbakhsh, Mohebbi, & Ghaemi, 2020). Tingkat penularan virus corona pada anak-anak di Indonesia tergolong cukup tinggi, hal ini sesuai dengan data resmi dari (IDAI, 2020) pada bulan Mei 2020 yang mengemukakan bahwa tak kurang dari 584 anak dinyatakan positif dan 14 anak di antaranya meninggal dunia.
Gejala COVID-19 yang dialami pada anak sangat bervariasi, di mulai dari gejala ringan hingga berat, seperti suhu badan yang tinggi, batuk terus menerus, kehilangan atau perubahan pada indera penciuman atau rasa, hingga gejala berat seperti sesak, kegagalan organ, hingga menyebabkan kematian (Zimmermann & Curtis, 2020).
Namun, pada 14 Mei 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC, 2020) Amerika Serikat merilis sebuah nasihat kesehatan yang melaporkan sindrom peradangan multisistem pada anak-anak (MIS-C) yang terkait dengan COVID-19. Pernyataan ini berasal dari sebagian pasien anak yang mengalami peradangan parah, kegagalan multi-organ, dan dites positif SARS-CoV-2 (CDC, 2020).
Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Faktor-faktor yang mendukung sikap patuh adalah pendidikan, sikap dan kepribadian, status sosial dan ekonomi, dan dukungan keluarga (Afro, 2021; Awwaliyah et al., 2022; Hendrika, 2022).
Protokol kesehatan merupakan aturan yang telah diterapkan oleh pemerintah dalam upaya mengurangi meluasnya penyebaran penyakit COVID-19. Berdasarkan keputusan Kementerian Kesehatan RI, ada tiga upaya yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh masyarakat kususnya di tempat umum, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan benar, dan menerapkan physical distancing (Kemenkes, 2020).
Protokol Kesehatan di tempat ibadah berdasarkan Kemenkes (2020) menyatakan bahwa rumah ibadah merupakan suatu tempat/bangunan digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Dalam kegiatan di rumah ibadah dapat melibatkan sejumlah orang yang berkumpul dalam satu lokasi sehingga berpotensi terjadinya risiko penularan COVID-19. Untuk itu, agar tetap dapat beribadah di masa pandemi COVID-19 ini perlu dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian dengan penerapan protokol kesehatan untuk meminimalisir risiko penularan (Kemenkes, 2020).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan didapatkan sampel sebanyak 96 orang anak pada tempat ibadah di Kota Makassar. Variabel yang di teliti berupa kepatuhan menggunakan masker, mencuci tangan, dan jaga jarak (physical distancing). data yang didapatkan diolah lalu disajikan dalam bentuk tabulasi dan narasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Setelah dilakukan observasi pada 5 tempat ibadah di Kota Makassar, diperoleh 96 jumlah anak yang melaksanakan ibadah pada periode penelitian.
Tabel 1. Distribusi Sampel
Lokasi |
Jumlah Sampel |
Masjid Bukit Nirwana Permai 1 |
18 |
Masjid Al Muttaqin |
25 |
Masjid Al Ihsan DM |
18 |
Masjid Bukit Nirwana Permai 2 |
21 |
Masjid Jami Baiturrahman |
14 |
TOTAL |
96 |
Tabel 1 menunjukkan data distribusi sampel berdasarkan lokasi penelitian, sampel tertinggi yang memenuhi kriteria inklusi adalah pada Masjid Al Muttaqqin sebanyak 25 orang anak, sedangkan jumlah sampel paling rendah didapatkan pada Masjid Jami Baiturrahman yaitu sebanyak 14 sampel.
Tabel 2. Kepatuhan Anak Terhadap Protokol Kesehatan
Variabel |
Ya n (%) |
Tidak n (%) |
Total N (%) |
Menggunakan Masker |
61 (63,54%) |
35 (36,46%) |
96 (100%) |
Cuci Tangan |
37 (38,54%) |
59 (61,46%) |
96 (100%) |
Jaga Jarak |
9 (9,37%) |
87 (90,63%) |
96 (100%) |
Persentase tertinggi kepatuhan anak pada tabel 2 ialah menggunakan masker yaitu sebanyak 61 sampel (63,54%), kemudian didapatkan kepatuhan anak mencuci tangan 37 sampel (38,54%), dan persentase terendah ialah kepatuhan anak dalam menjaga jarak (physical distancing) 9 sampel (9,37%).
Pembahasan
Pada penelitian ini tergambarkan bahwa protokol kesehatan dengan tingkat presentase terendah yaitu menjaga jarak atau physical distancing. Ditemukan angka presentasi yang sangat kecil terhadap perilaku anak dalam menjaga jarak. Dari hasil pengamatan subjektif terlihat bahwa anak-anak cenderung berkumpul baik bercerita maupun bermain sembari memasuki tempat ibadah. Beberapa kiat yang mungkin bisa mengintervensi hal tersebut adalah dengan mensosialisasikan agar jamaah terutama anak-anak dapat menjaga jarak. Sesuai dengan (WHO, 2020) bahwa anak-anak merupakan salah satu objek penularan virus SARS Cov2, walaupun sangat jarang ditemukan kasus yang mematikan.
Selain itu, cara yang efektif adalah dengan melibatkan orang tua dalam pendampingan anak saat akan menjalankan ibadah di tempat umum. Kehadiran orang tua dapat memantau dan membatasi ruang gerak anak, hal ini mungkin membantu anak-anak tidak berkumpul dengan teman-temannya yang berbeda rumah (Oktaria & Putra, 2021).
Beberapa sampel yang teramati menjaga jarak dengan teman-temannya adalah mereka yang datang didampingi oleh orang tua-nya. Berbeda hal dengan protokol kesehatan memakai masker, kepatuhan anak menggunakan masker tertinggi didapatkan. Hal tersebut terjadi karena adanya aturan yang tertulis mengenai kewajiban menggunakan masker. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh tersebut sesuai dengan pernyataan WHO (2020) bahwa transmisi virus SARS Cov-2 dapat menyebar melalui droplet. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasien COVID-19, bahkan mereka yang hanya memiliki gejala ringan, dapat menyebarkan virus. Pada akhirnya hal ini bisa mencemari permukaan dan memicu risiko penularan COVID-19 (Kähler & Hain, 2020).
Berdasarkan pengamatan secara langsung didapatkan beberapa anak membawa masker namun tidak menggunakan maskernya dengan baik, bahkan ada yang hanya menyimpan maskernya di saku. Hal ini memperlihatkan perlunya mengevaluasi para orang tua agar tidak serta merta membiarkan anaknya memakai masker tanpa melakukan pengawasan yang lebih ketat. Selain itu, beberapa anak yang terlihat tidak menggunakan masker berkunjung ke masjid dengan orang tuanya yang juga tidak menggunakan masker. Ini menunjukkan pentingnya membangun kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan menggunakan masker agar dapat dicontoh dengan baik oleh anak-anak yang merupakan agen pembawa carier COVID-19 dengan resiko tinggi. (Alsohime, Temsah, Al-Nemri, Somily & Al-Subaie, 2020).
Pada penelitian ini, peneliti mencoba mendalami alasan anak-anak tidak menggunakan masker. Menariknya adalah, beberapa anak menjawab bahwa jika ia menggunakan masker itu identik dengan tidak berani atau penakut. Paradigma seperti ini tanpa disadari berkembang dalam lingkungan anak-anak. Perlu segera intervensi dari berbagai pihak agar fenomena ini tidak menjadi budaya yang justru membahayakan bagi anak-anak. Metode yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan edukasi atraktif mengenai virus SARS Cov-2 dan bagaimana penularannya antar manusia, sehingga anak-anak lebih paham dan mau menjalankan protokol kesehatan dengan baik (Rusdi, Efendi et al., 2021).
Aspek protokol kesehatan yang terakhir adalah kepatuhan cuci tangan. Angka presentasi kepatuhan cuci tangan didapatkan sekitar 38,54 %. Pada saat dilakukan pengamatan langsung, pada beberapa tempat ibadah telah disediakan sarana cuci tangan baik berupa westafel air mengalir maupun berupa hand sanitizer. Bahkan pada beberapa tempat mewajib melakukan cuci tangan dengan menyemprotkan hand sanitizer sebelum masuk gedung, termasuk pada anak-anak. Namun, ada beberapa tempat juga yang telah menyediakan sarana cuci tangan, namun tidak digunakan dengan maksimal, hal tersebut terjadi akibat tidak adanya pengawasan khusus oleh pengelola. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman (Desiyanto & Djannah, 2013).
Mencuci tangan dengan sabun di kenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung. Semua jenis virus termasuk Covid19 bisa dapat aktif di luar tubuh manusia selama berjam-jam, bahkan berhari-hari. Mereka bisa menyebar melalui droplets, seperti saat bersin, batuk, atau saat pengidapnya berbicara (IDAI, 2020)
Desinfektan, cairan hand sanitizer, tisu basah, gel, dan krim yang mengandung alkohol semuanya berguna untuk membunuh virus ini, tetapi tidak seefektif sabun. Saat beraktivitas sehari-hari, akan sulit bagi tangan untuk menghindari virus, bakteri, atau kuman. Penyebabnya, mata tidak mampu melihat virusnya langsung, sehingga mencuci tangan adalah langkah terbaik untuk menghindari tertular penyakit (Breidablik, Lysebo, Johannessen, Skare, & Andersen, 2020).
Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi) biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik/ anti bakteri sering kali dipromosikan lebih banyak pada publik. Jenis sabun pun bukan merupakan hal yang penting, hal ini karena Covid19 adalah virus, jadi sabun tangan antibakteri tidak memberi keunggulan tambahan dibandingkan jenis sabun yang lain (Araghi, Tabary, Gheisari, Abdollahimajd, & Dadkhahfar, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan protokol kesehatan pada anak saat menjalankan ibadah masih sangat rendah, terutama jaga jarak atau physical distancing.
KESIMPULAN
Penerapan protokol kesehatan pada anak saat menjalankan ibadah masih sangat rendah, terutama untuk jaga jarak atau physical distancing. Diperlukan peran serta pengelola untuk memastikan seluruh pihak tidak terkecuali anak-anak menerapkan protokol kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Afro, R. C. (2021). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Saat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Jawa Timur: Pendekatan Health Belief Model. Journal of Community Mental Health and Public Policy, 3(1), 1–10.
Alsohime, F., Temsah, M. H., Al-Nemri, A. M., Somily, A. M., & Al-Subaie, S. (2020). COVID-19 Infection Prevalence In Pediatric Population: Etiology, Clinical Presentation, And Outcome. Journal of Infection and Public Health, 13(12), 1791–1796.
Araghi, F., Tabary, M., Gheisari, M., Abdollahimajd, F., Dadkhahfar, S. (2020). Hand Hygiene Among Health Care Workers During COVID-19 Pandemic: Challenges and Recommendations. Dermatitis, 31(4), 233-237. doi: 10.1097/DER.0000000000000639
Awwaliyah, I. Z., Purnamasari, I., & Mushafanah, Q. (2022). Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1), 54–59. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.9
Breidablik, H. J., Lysebo, D. E., Johannessen, L., Skare, Å., Andersen, J. R., Kleiven, O. (2020). Effects of Hand Disinfection With Alcohol Hand Rub, Ozonized Water, Or Soap And Water: Time For Reconsideration?. J Hosp Infect, 105(2), 213-215. doi: 10.1016/j.jhin.2020.03.014.
CDC. (2020). Resources for Emergency Health Professionals. https://emergency.cdc.gov/health-professionals.asp
Desiyanto, F. A., & Djannah, S. R. (2013). Efektivitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angka Kuman. KESMAS, 7(2), 75-82.
Dong, Y., Mo, X., Hu, Y., et al. (2020). Epidemiological characteristics of 2143 pediatric patients with 2019 coronavirus disease in China. J Emerg Med, 58(4), 712–713. doi: 10.1016/j.jemermed.2020.04.006
Hendrika, D. S. (2022). Gambaran Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(1), 68–74. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.10
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2020). Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia Mengenai Aktivitas Anak Di Luar Rumah Selama Masa Pandemi Covid-19. https://www.idai.or.id
Kähler, C. J., & Hain, R. (2020). Fundamental Protective Mechanisms Of Face Masks Against Droplet Infections. Journal of Aerosol Science, 148 (June), 1-11. doi: 10.1016/j.jaerosci.2020.105617
Kemenkes. (2020). Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Miri, S. M., Noorbakhsh, F., Mohebbi, S. R., & Ghaemi, A. (2020). Higher Prevalence of Asymptomatic or Mild COVID-19 In Children, Claims And Clues. Journal of Medical Virology, 92(11), 2257–2259.
Oktaria, R., & Putra, P. (2021). Peran Orang Tua Dalam Mencegah Penularan Pandemi Covid-19 Pada Anak : Pembiasaan Dan Pendidikan Keluarga. Al Huwiyah Journal of Woman and Children Studies, 1(2), 11–11.
Qiu, H., Wu, J., Hong, L., Luo, Y., Song, Q., & Chen, D. (2020). Clinical and epidemiological features of 36 children with coronavirus disease 2019 (COVID-19) in Zhejiang, China: an observational cohort study. The Lancet Infectious Diseases, 20(6), 689–696. https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30198-5
Rusdi, M. S., Efendi, M. R., Rustini, Afriyani, Putri, L. E. P., Kamal, S., & Surya, S. (2021). Edukasi Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19. Jurnal Altifani Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 47–51. https://doi.org/10.25008/altifani.v1i1.123
WHO. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic. https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019
Zimmermann, P., Curtis, N. (2020). COVID-19 in Children, Pregnancy and Neonates: A Review of Epidemiologic and Clinical Features. Pediatr Infect Dis J, 39(6), 469-477. doi: 0.1097/INF.0000000000002700.
Submitted |
Accepted |
Published |
: https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.15 |
16-05-2022 |
23-05-2022 |
27-05-2022 |
Article Title | Authors | Vol Info | Year |
Article Title | Authors | Vol Info | Year |